Review The Orphanage: Film Horor Pencarian Si Anak Hilang

Review The Orphanage

Review The Orphanage: Film Horor Pencarian Si Anak Hilang – Bagaimana rasanya kehilangan anak? Untuk orangtua yang kehilangan anak karena tersesat atau penculikan, dunia pasti seakan runtuh . Saya aja yang kehilangan Fatih saat usianya masih sekitar 4 tahun, dan cuma selama kurang lebih 1 jam, bukan saja menangis bombay dan seketika merasa dunia saya gelap dan hancur.

Sinopsis The Orphanage

The Orphanage, yang berkisah mengenai pencarian seorang ibu yang kehilangan anak tunggalnya, saya merasa cukup memahami tingkah laku Laura, sang tokoh ibu tersebut. Perasaan bahwa putranya yang hilang tersebut masih hidup dan berada di sekitarnya, membuat Laura terlihat seperti ‘ setengah sinting’ bagi orang di sekelilingnya, termasuk oleh suaminya.

Sayang sekali, bukan dukungan yang diperoleh Laura, tetapi justru suaminya memutuskan untuk membiarkan Laura sendirian dalam pencariannya. Suatu keputusan yang berakibat fatal, karena ketika Laura menemukan kebenaran sejati tentang anaknya yang hilang, dia tidak mampu menerima kebenaran tersebut. Coba saja kalau suaminya ada di sisinya saat itu.

Baca Juga : Film Horor Terbaik dan Terseram Yang Pernah Tayang

Laura dulunya seorang anak penghuni panti asuhan yang ada di Spanyol, namun kemudian dia diadopsi, sehingga harus meninggalkan panti asuhan tempat dia di asuh selama ini . Bertahun-tahun kemudian, Laura datang kembali ke panti asuhan tersebut bersama suaminya Carlos, dan putra semata kamboja slot wayangnya Simon. Kali ini kedatangannya justru sebagai pemilik yang baru dari panti asuhan, yang ternyata telah ditutup tersebut. Didukung suaminya, Laura bermaksud membuka kembali panti asuhan tersebut, hanya saja lebih dikhususkan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Ditengah-tengah kesibukan mempersiapkan rumah sekaligus panti asuhan untuk anak-anak berkebutuhan khusus , Laura dan Carlos harus menghadapi sikap Simon yang merasa mempunyai teman-teman yang tak terlihat oleh mereka. Namun hal ini oleh Laura dan Carlos hanya dianggap biasa, yakni suatu fase di mana anak-anak biasanya menciptakan teman khayalan sebagai pengisi rasa sepi mereka.

Dalam salah satu kesempatan Laura menemani Simon bermain di gua dekat mercusuar. Gua ini hanya bisa di datangi saat air laut surut, dan akan dipenuhi oleh air saat air laut pasang. Di dalam goa ini, terlihat Simon seperti sedang berbicara dengan seseorang. Namun saat diperiksa, Laura tak menemukan siapapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>